Cari Blog Ini

Minggu, 13 Januari 2013

JENIS KATA

JENIS KATA

I. Pembentukan Kata

Pembentukan sebuah kata dapat diambil dari dua sumber yaitu sumber dari dalam bahasa Indonesia dan dari luar bahasa Indonesia. Kata baru yang bersumber dari bahasa Indonseia bersumber dari kata yang sudah ada, seperti gabungan kata berikut.
daya serba lepas
daya tahan serba guna lepas tangan
daya tarik serba tahu lepas pantai

Pembentukan kata bahasa Idonesia yang berasal dari luar bahasa Indonesia adalah seperti kata-kata serapan berikut.
Valuta mesjid
Ekspor bank
Impor ahad

Pengambilan kata asing tersebut disebabkan karena belum ada penemuan penamaan secara resmi dari bahasa Indonesia.
II. Pengertian.
Kata adalah kumpulan bunyi yang mengandung arti. Berikut 10 jenis kata, jenisnya yang sering dipergunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia.
III. Peran kata
Selain memiliki fungsi, kata juga memiliki peran dalam kalimat, yaitu apakah kata tersebut berperan sebagai pelaku, penderita, pelengkap, penyerta, atau sebagai penjelas. Contoh: Anak-anak belajar Bahasa Indonesia dengan tertib. Pelaku pelengkap penjelas Buku itu dibelinya ketika ia berada di luar negeri.

IV. Jenis-Jenis Kata
A. Kata Kerja (verba)
    Kata Kerja (verba) adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan atau keadaan. Kata Kerja dibedakan menjadi 2 macam :
1.  Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja yang berobyek langsung, seperti contoh berikut:
a. membeli roti
                                   P          O
b. membaca Koran
                                   P             O
2.  Kata kerja Aktif intrasitif adalah kata kerja yang tak berobyek, seperti contoh berikut:
a. Adik menangis
                               S           P
b. Bapak Membaca
                                S             P
3.  Aktif-pasif
     Dilihat dari maknanya yang dikandungnya, kata kerja dapat dibedakan atas:
a. Kata kerja aktif
    Contoh: membaca, memakan, melihat.
b. kata kerja pasif
    Contoh: diminum, dimasak, ditegur.
Ciri-ciri kata kerja sebagai berikut:
1. Menempati fungsi predikat dalam kalimat. Misalnya:
a. Kucing mengeong. ( mengeong = kata kerja)
                                 S          P
b. Kucing itu berwarna putih. (berwarna = kata kerja)
                                S                   P          pel
2. Dapat didahului oleh kata keterangan akan, sedang dan sudah.
a. Mereka akan menempati rumah itu 
            S                       P                   O
b. Ayah sedang duduk.
                              S                   P
3. Dapat didahului oleh kata tidak.
a. tidak sehat
b. tidak makan

B. Kata Benda (nomina)

Kata Benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau pengertian. 
Kata Benda dibedakan menjadi 2 macam:
1. a. Kata benda (nomina) berwujud (konkrit), seperti kata berikut:
1) Ali, Jakarta, Brantas, Semeru dan sebagainya
2) Meja, Almari, Bangku dan sebagainya
3) Perak, Emas, Besi, Intan dan sebagainya
b. Kata benda tak berwujut (abstrak) yang tidak tertangkap oleh panca indra, seperti kata berikut: agama, sifat, kelakuan, pertanian dan sebagainya.
2. Kata benda bentuk dasar dan kata benda turunan.
a. kata benda bentuk dasar
Contoh; gambar, pisau, tahun.
b. kata bentuk turunan
Contoh; keindahan, kemajuan

Ciri-Ciri Kata Benda
1. Dalam kalimat yang berpredikat kata kerja, kata benda cenderung menduduki fungsi subyek, obyek, atau pelengkap.
Contoh: Ibu membelikan adik baju baru
S P O pel
Ibu = kata benda
Adik = kata benda
Baju baru = kata benda
2. Kata benda tidak dapat didahului oleh kata inkar tidak. Kata ibu, adik, dan baju adalah kata benda sebab tidak dapat didahului oleh kata tidak. Bentuk ingkar kata benda adalah bukan. Jadi, yang benar adalah “bukan ibu yang membelikan adik baju baru”. Sedangkan “tidak ibu yang membelikan adik baju baru merupakan contoh kalimat yang salah.
3. Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat dengan menggunakan kaya yang.
Contoh: ibu yang baik hati, adik yang manis, baju yang baru.

C. Kata Ganti (pronomina)
Kata Ganti (pronomina) adalah kata yang mengganti kata benda yang tidak disebut, jadi tidak selalu mengucapkan kata benda tadi, antara lain:
1. Kata ganti orang.
a. Saya, aku, beta (tunggal), kami, kita (jamak)
b. Hamba, sahaya, abdi, patik.
c. Dimas, Rama, Salsa, adik, ibu, awak, diri, badan.
d. Engkau (tunggal) kamu (jamak)
e. Tuan, padukatuan, yang mulia dan sebagainya
f. Ia, dia, nya (tunggal), mereka itu (jamak)
g. Rumahku, sepedamu, bukunya (ku,mu,nya kata ganti empunya)
Perhatikan pada kata ganti orang berikut:
Kata ganti
Tunggal
Jamak
Orang I
Orang II
Orang III
Aku
Engkau
Dia
Kami, kita
Kalian
Mereka
2. Kata ganti Penunjuk: ini, itu
3. Kata Ganti penghubung (sebagai pengantar penghubung anak kalimat) = Yang, tempat, waktu, siapa, apa, dimana.
4. Kata Ganti Penanya
a. siapa, apa, mana
b. berapa, mengapa, bagaimana
c. dimana, kemana, darimana
5. Kata Ganti tak tentu
a. seseorang b. sesuatu
6. Kata ganti kepunyaan
a. ku
b. mu
c. -nya
D. Kata Keadaan atau Kata Sifat (adjektiva)
Kata Keadaan atau Kata Sifat (adjektiva) adalah kata yang menerangkan hanya pada kata benda, biasanya jadi jawaban pada pertanyaan bagaimana atau dalam keadaan apa. Seperti contoh berikut:
1. Merah, besar, banyak dan sebagainya
2. Terbagus, terbaik, tertinggi dan sebagainya
3. Dermawan, budiman dan sebagainya
Berdasarkan bentuknya, kata keadaan atau kata sifat dibagi menjadi dua jenis:
1. kata sifat bentuk dasar
Contoh: adil, aman, damai, manis.
2. kata sifat bentuk turuan
Contoh:terhormat,kemalu-maluan, jasmaniah, positif.
Ciri-ciri kata keadaan atau kata sifat :
1. Dapat diberi keterangan pembanding, seperti: lebih, kurang, palin.
Contoh: lebih besar, kurang paham, paling pandai.
2. dapat diberi keterangan penguat, seperti:sangat, sekali, terlalu.
     Contoh: sangat bagus, murah sekali, terlalu mahal.
3. dapat di ingkari dengan kata ingkar; tidak
     Contoh: tidak malas, tidak putih.
4. dapat diulang dengan awalan se- dan akhiran –nya.
            Contoh: sebaik-baiknya, secepat-cepatnya,
5. pada kata tertentu ditandai oleh akhiran -I, wi, iah, if.
    Contoh: insani, manusiawi, alamiah, progesif.

E. Kata Keterangan (adverbia)
Kata Keterangan (adverbia) adalah kata-kata yang memberikan keterangan/ menerangkan kepada selain kata benda, seperti contoh berikut:
1. Kata keterangan waktu: besok, nanti, tiba-tiba, baru, kelak, sedang, dan sebagainya
2. Kata keterangan tempat: sini,situ, sana, mana.
3. Kata keterangan kesungguhan:
     a. tentu, pasti, sebenarnya, niscaya, dapat, tidak
     b. barangkali, kalau-kalu, mungkin, entah
     c. mudah-mudahan, moga-moga.
     d. mari, hendaknya.
     e. bukan, tidak mustahil, masa.
     f. ya, betul, sungguh, bukan.
4. Kata keterangan keadaan:
     a. berjalan cepat
     b. membumbung tinggi
     c. berlari bersama-sama dansebagainya
5. Kata keterangan tekanan:
a. yang berupa akhiran tekanan, lah, kah, tah, pun, maukah, janganlah, adapun, dan sebagainya .
b. yang berupa kata: gerangan, pula,juga.
Kata bilangan dapat dibedakan atas:
1. kata bilangan bentuk dasar
    contoh: sangat, hanya, lebih segera.
2. kata bilangan bentuk turunan
    contoh: diam-diam, stinggi-tingginya, alangkah, sebaiknya, habis-habisan.

F.  Kata Sandang

Kata Sandang adalah kata yang fungsinya sebagai penentu bagi kata benda.
Contoh: sang, si, hang.


penggunaan kata sandang. Perhatikan kalimat-kalimat berikut!
  1. Di tribun kemenangan itu Sang Merah Putih berkibar dengan membanggakan.
  2. Sri Baginda hadir di tengah-tengah para korban tanah longsor yang terjadi kemarin sore.
  3. Hang Tuah membalut lukanya dengan kain putih.
  4. Dang Merdu adalah tokoh terkenal dalam hikayat sastra Melayu.
  5. Para dermawan dengan tulus menyisihkan sebagian hartanya untuk korban bencana.
  6. Si perampok itu berhasil menggasak uang tunai sebesar Rp 1,6 T.
Kata-kata yang dicetak miring dalam kalimat tersebut merupakan kata sandang. Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah benda. Kata sandang terbagi menjadi tiga kelompok.
  1. Kata sandang menyatakan jumlah tunggal.
    1. Kata sang dilekatkan pada manusia atau benda unik dengan maksud meningkatkan martabat. Kata ini sering dipakai sebagai gurauan atau sindiran.
    2. Kata sri digunakan untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan dan kerajaan.
    3. Kata hang digunakan untuk laki-laki yang dihormati, tetapi pemakaiannya terbatas pada hal dan cerita kesastraan lama.
    4. Kata dang digunakan untuk wanita yang dihormati, tetapi pemakaiannya terbatas pada hal dan cerita kesastraan lama.
  2. Kata sandang menyatakan jumlah banyak: para.
  3. Kata sandang bermakna netral: si.
Kata Sandang kata berfungsi :
1.    menjadikan kata bersifat kata benda
2.    memberi ketentuan kepada kata benda. seperti kata berikut: Si (tunggal), para (jamak), sang, bang, dang, yang, dan sejenisnya.

G. Kata Bilangan (numeralia)
Kata Bilangan (numeralia) yaitu kata penunjuk angka atau tingkatan. Kata bilangan dibagi menjadi dua yaitu:
1. a. kata bilangan utama: satu, sepuluh, seratus dan sebagainya
     b. kata bilangan tak tentu: sedikit, banyak, beberapa.
c. kata bantu bilangan: orang, ekor, buah, butir, helai, pucuk, batang, kuntum, tangkai, dan sebagainya.
2. Kata bilangan tingkat:kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.

H. Kata Sambung atau kata Penghubung (Konjungsi)

Kata Sambung atau kata penghubung (Konjungsi) adalah partikel yang menggabungkan kata dengan kata, frase           dengan frase atau kalimat dengan kalimat. macam kata penghubung sebagai berikut:

No

Jenis hubungan

Macam Kata Penghubung

1

Penggabungan

Dan, lagi, lagi, pula, serta, juga

2

Pemilihan

Atau, baik … maupun…, entah…

3

Penjelasan

Bahwa, yakni, adalah, ialah

4

Pertentangan

Tetapi, sedangkan, melainkan, padahal

5

Waktu permulaan

Semenjak, sedari

6

Waktu bersamaan

Sewaktu,tatkala,seraya,selagi,sementara,selama,sambil, ketika

7

Waktu berurutan

Sebelum,setelah,sesudah,seusai,begitu,sehabis, lalu, ke-mudian

8

Tujuan

Agar, supaya, biar

9

Penyebab

Sebab, karena

10

Pengakibatan

Sehingga, asampai, sampai-sampai

11

Syarat

Jika,asal,andaikata,asalkan,jikalu,seandainya

12

Pembandingan

Seperti, bagaikan, bagai, seakan-akan, ibarat,lasana, sebagaimana, daripada,alih-alih

13

Tingkat

Semakin…,kian…, bertambah ….

14

Perlawanan/konsensif

Meskipun,biarpun,bagaimanapun,sekalipun

15

Cara

Dengan,tanpa

16

Pengantar kalimat

Adapun

17

Kemiripan

Seakan-akan, seolah-olah

18

alat

Dengan, cara

Adapun sesuai dengan fungsinya kata penghubung dibedakan sebagai berikut:

1. Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau Lebih dan kedua unsur tersebut memiliki status sintaktis (pembentukan kalimat) yang sama. Yang termasuk dalam kategori konjungsi koordinatif adalah:

1) aditif (penambahan) : misalnya dan ,serta;
2) alternatif (pemilihan) : misalnya atau ;
3) konsesif (penantangan) : misalnya tetapi ,namun ,kecuali ,melainkan ;
4) intensitaf (penyangatan) : misalnya bahkan ,malah[an],justru;
5) perturutan : misalnya jadi ,maka ,lalu ,kemudian .

2. Konjungsi subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa Atau lebih, dan klausa-klausa tersebut tidak memiliki status sintaktis yang sama. Salah satu dari klausa tersebut merupakan anak kalimat Dari kalimat induknya. Konjungsi subordinatif dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. temporal (kewaktuan) : misalnya ketika ,tetkala ,sesudah ,sebelum ,sejak;
2. kausal (penyebaban) : misalnya sebab ,karena ,lantaran ;
3. konsekutif (pengakibatan) : misalnya akibat ,sehingga sampai –sampai ;
4. final (tujuan) : misalnya agar ,supaya ;
5. kondisional (persyaratan) : misalnya kalau apabila, jika,seandainya ;
                 6. inkondisional (takbersyarat) : misalnya walaupun, meskipun, kendatipun, biarpun, betapapun.
7. komparatif (pemiripan) : misalnya bagai ,laksana ,seakan-akan ;
8. penjelasan : misalnya bahwa ;
9. cara : misalnya dengan ;
10. sirkumstansial (keadaan) : misalnya sambil ,seraya, sembari.

3. Konjungsi Korelatif

konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa; dan kedua unsur tersebut memiliki status sentaksis yang sama. konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frase ,atau klausa yang dihubungkan. yang termasuk dalam kategori konjungsi korelatif antara lain :
1) baik … maupun…. ;
2) tidak hanya … tetapi juga ….;
               3) bukan … melainkan ….;
                       4) demikian [rupa ]…sehingga ….;
                       5) entah … entah ….;
                       6) apa [kah]… atau ….;
                        7) jangankan …,…pun ….

4. Konjungsi Intrakalimat

Konjungsi Intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata/bagian kalimat.berikut contoh penggunaan kata penghubung dalam kalimat.

1) Menyatakan akibat
     Andi tidak masuk sekolah selama dua minggu sehingga tidak boleh mengikuti ujian
2) Menyatakan waktu
     Novi tidak ada dirumah ketika dimas datang
3) Menyatakan sebab
                     Rama berhasil menjadi juara kelas karena rajin belajar
4) Menyatakan pertentangan
                    Sebenarnya hendi baik hatinya tetapi keras wataknya
5) Menyatakan Tujuan
                      Salsa harus rajin belajar agar menjadi juara kelas

5. Konjungsi Antarkalimat    Konjungsi Antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalima dengan kalimat yang lain. Konjungsi ini selalu   mengawali kalimat yang kedua. Misalnya;

1) Biarpun demikian
                     Andi tidak masuk sekolah selama dua minggu sehingga tidak boleh mengikuti ujian
2) Sesudah itu
                     Novi tidak ada dirumah ketika dimas dating
                  3) Selanjutnya
                      Rama berhasil menjadi juara kelas karena rajin belajar
4) Sebaliknya
                     Sebenarnya hendi baik hatinya tetapi keras wataknya
5) Bahwasanya
                     Salsa harus rajin belajar agar menjadi juara kelas
6) Bahkan
    MOSBA tahun ini Dimas tidak hanya mendapatkan nilai memuaskan bahkan dinobatkan sebagai peserta   terbaik.
7) Kecuali itu
8) Dengan demikian
9) Oleh karena itu
10) Sebelum itu dsb.

6. Konjungsi Antarkalimat
    Konjungsi Antarparagraf adalah konjungsi yang menghubungkan dua kalimat dan memulai kalimat yang lain (kalimat baru). Pada umumnya memulai paragraph baru.
Misalnya;

1) Adapun
2) Akan hal
3) Mengenai
4) Alkisah dsb.

I. Kata Seru (interjeksi)

Kata Seru (interjeksi) adalah kata yang mengungkapkan perasan atau emosi. Kata seru ini mengacu pada nada yang
diikuti oleh sikap dan digunakan untuk memperkuat rasa kagum, sedih, heran serta jengkel. kata ini sebenarnya
kalimat yang terdiri satu kata, sebab sudah jelas menyatakan satu maksud. seperti kata berikut:
1. ah, aduh, aduhai, amboi (bernada positif)
2. ya, halo (bernada netral)
3. Kasihan, sayang (bernada merendah)
4. gih, cis, wah bernada negatif)
5. Insya Allah, masya Allah (bernada baik)
6. ai, lho, bernada keheranan)


J. Kata Depan

Kata Depan yaitu kata yang menghubungkan kata benda dengan kata yang lain serta menentukan sekali sifat perhubungannya. kata yang fungsinya atau menurut letak penulisannya berada didepan untuk mendukung kata yang lain. Seperti berikut ini:
1. Penanda peruntukan : bagi, untuk, buat, guna.
2. Penanda asal : dari
3. Penanda keberadaan : di
4. Penanda arah menuju : ke, kepada, terhadap.
5. Penanda cara : dengan.
6. Penanda ihwal : tentang.
7. Penanda pelaku : oleh
8. Penanda perbandingan : daripada, bagai.
Ada pula kata depan di tentukan sebagai berikut:
1. Kata depan sejati : di, ke, dari
2. Kata depan Majemuk : diatas, kesana, darimana
3. Digabung dengan kelas kata : diatas, ke atas, dari atas dan sebagainya

K.  Kata Ulang

A. Memahami Kata Ulang
Kata Ulang adalah kata yang mempunyai bentuk dasar yang diulang.
Contoh: a. Kedua sahabat itu selalu tolong -menolong.
b. Murid-murid masuk dua-dua ke dalam kelas.
c. Orang itu mondar-mandir sejak tadi.
Makna kata ulang yang digaris bahwah tidak selalu bermakna sama tetapi tergantung dari bentuk pengulang dan kalimatnya.
Makna kata ulang diantaranya sebagai berikut:
a. Banyak tak tentu .
Contoh : Kuda – kuda itu berkejar –kejaran
Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari
b. Bermacam-macam.
Contoh: Pohon-pohonan , tanam-tanamn
c. Menyerupai
Contoh: Anak-anakan, kuda-kuda
d. Agak
Contoh: Kemerah-merahan, pusing-pusing.
e. Intensitas.
Contoh: Kuat-kuat {kualitatif},rumah-rumah [kuantitatif]
f. Mondar-mandir [frekuentatif] Saling atau berbalasan
Contoh: berpukul-pukulan, bersalam-salaman
g. Kolektif atau himpunan (kumpulan)
Contoh: dua-dua,lima-lima
Semua kata ulang tersebut memiliki bentuk yang tidak sama.

B. Fungsi kata ulang
1. Menyatakan banyak: rumah-rumah, pemuda-pemuda, makanan-makanan.
2. Menyatakan seperti; kuda-kudaan, anak-anakan, mobil-mobilan.
3. Menyatakan berulang-ulang: menggaruk-nggaruk, memukul-mukul.
4. Menyatakan saling: tikam-menikan, pukul-memukul, tukar-menukar.
5. Menyatakan sangat; kuat-kuat, erat-erat, sekeras-kerasnya.
6. Menyatakan agak: kekuning-kuningan, kemerah-merahan.
7. Menyatakan meskipun: mentah-mentah, panas-panas.
C. Konsep Makna Perulangan
a. Meyatakan banyak tak tentu ( indefinitif) :
Contoh: buku-buku,gunung-gunung,gagasan-gagasan,dan sebagainya.
b. Menyatakan banyak dan bermacam-macam :
Contoh: bebuahan,pepohonan,sayur-mayur,lauk-pauk,dan sebagainya.
c. Menyatakan intensitas frekuentatif :
Contoh: memukul-mukul,menarik-narik,berteriak-teriak,dan sebagainya.
d. Menyatakan intensitas kualitatif :
Contoh: sungguh-sungguh,benar-benar,dan sebagainya.
D. Membentuk Kata Ulang
Pembentukan kata ulang dapat dilakukan dengan menggunakan dasar yang bermacam-macam.
a. Kata benda : anak-anak, batu-batuan, sayur-mayur, dsb.
b. Kata kerja : mendorong-dorong, bergandeng-gandengan,balas-membalas, dsb.
c. Kata sifat : ramah-ramah, membesar-besarkan, kehitam-hitaman, dsb.
d. Kata bilangan : satu-satu, kedua-duanya, bertiga-tiga, dsb.
e. Kata ganti : kami-kami, mereka-mereka, kita-kita, dsb.
E. Bentuk-Bentuk Kata Ulang
1. Kata ulang utuh (murni = sempurna =sejati) :
Contoh: anak-anak, gagasan-gagasan, perkebunan-perkebunan, kemampuan-kemampuan, sopan-sopan,mandi-mandi,makan-makan, dsb.
2. Kata ulang sebagian :
Contoh: berjalan-jalan, menimbang-nimbang, tertawa-tawa, bersalam-salaman, kedua-duanya, dsb.
3. Kata ulang berimbuhan :
Contoh: tembak-menembak,dorong-mendorong,gigi-gerigi,gunung-gemunung, anak- anakan, kuda-kudaan,dan sebagainya.
4. Kata ulang dwipurwa :
Contoh: sesama, tetangga, tetumbuhan, pepohonan, rerumputan,dan sebagainya.
5. Kata ulang berubah bunyi :
Contoh: mondar-mandir,sayur-mayur,corat-coret,segar-bugar,dan sebagainya.
6. Kata ulang semu :
Contoh; laba-laba,agar-agar,kura-kura,hati-hati,kupu-kupu, dsb.
F. Jenis-jenis Kata Ulang
a.  Kata ulang kata benda :
     Contoh: batu-batu, batu-batuan, bebatuan, kebutuhan-kebutuhan, pegunungan-pegunungan, sayur-mayur, lauk-pauk,gagasan-gagasan,dsb.
b.   Kata ulang kata kerja :
Contoh: minum-minum,berjalan-jalan, memburu-buru, mondar-mandir, bersalam-salaman, membanding- bandingkan,dsb.
c.  Kata ulang kata sifat :
     Contoh: cantik-cantik,indah-indah,compang-camping,rajin-rajin,dan sebagainya.
d.   Kata ulang kata ganti :
Contoh: kami-kami,mereka-mereka,kita-kita,aku-aku, dsb.
e.   Kata ulang kata bilangan :
     Contoh: satu-satu,dua-dua,sepuluh-sepuluh,dsb.
f.   Kata ulang kata keterangan:
     Contoh: sungguh-sungguh,benar-benar,tergesa-gesa,dan sebagainya.

L . KATA SERAPAN

A.    Pengertian.
Kata serapan adalah kata atau istilah yang diambil dari bahasa daerah atau bahasa asing, baik berupa bentuk dasar maupun bentuk turunan.
Untuk melengkapi atau memperkaya perbendaharaan kosa kata, bahasa Indonesia, diperkaya juga kosa kata dari bahasa asing. Ada beberapa cara menyerap bahasa asing yang lzim ditempuh yaitu:
         1.   Adopsi
Jika pemakaian bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu sama atau secara keseluruhan, baik tulisan maupun maknanya.
Misalnya: Plaza : pusat prtokoan
Amputasi : pemotongan anggota tubuh
        2.    Adaptasi
Jika pemakain hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Misalnya : maksimal, kado (maximal dari bahasa belanda dan cadeu dari bahasa prancis), dan sebagainya.
       3.     Terjemahan
Jika pemakaian bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Misalnya: tumpang tindih, proyek rintisan, ujicoba (dari bahasa inggris overlap, pilotproject,dan try out)
      4.      Kreasi
pada umumnya mirip dengan cara terjemahan, namun cara kreasi itu tidak menurut bentuk fisik yang mirip seperti pada terjemahan.
Misalnya: berhasil guna = effective, ulang alik = shuttle, suku cadang = spareparts.
B.    Pertimbangan yang harus diperhatikan saat pengambilan kata serapan.
      1.   Istilah serapan yang dipilih lebih cocok karena konotasinya.
2.   lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
3.   dapat mempermudah tercapainya kesepakatan, jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya।

C.    Kata sifat serapan bersufiks –I (wi), -lah, -is, ik, al.
Kata sifat atau adjektiva atau kata keadaan adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang dan yang mempunyai cirri sebagai berikut:
1.  dapat diberi keterangan pembanding : lebih, kurang dan paling
2.  dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, sekali dan terlalu.
3.  dapat diingkari dengan kata ingkar tidak
4.  dapat diulang dengan prefiks se-nya.
5.  pada kata-kata tertentu dapat berakhiran: -er, -I, -(wi), -iah, -if, al, ik, dan sebagainya.

IMBUHAN ASING
Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia, banyak imbuhan baru atau serapan dari bahasa daerah, terutama dari bahasa-bahasa asing. Imbuhan-imbuhan tersebut sangat produktif, lebih banyak tampil dalam surat kabar-surat kabar atau karya ilmiah.
Macam-macam Imbuhan Asing dan maknanya

A. Imbuhan asing dari bahasa Daerah
(1) Awalan tak = tidak
Contoh: tak sadar, tak aktif, tak sosial,dsb.
(2) Awalan serba = seluruhnya/semuanya
Contoh: serba merah, serba susah,dsb.
(3) Awalan tuna = kehilangan sesuatu, ketiadaan, cacad.
Contoh: tuna karya, tuna wisma, tuna susila, dsb.
(4) Awalan antar = sekitar (dari inter)
Contoh: antar pulau, antar kota, antar daerah, antar bangsa, dsb.

B. Imbuhan asing dari bahasa Sanskerta
1. Bentuk awalan sebagai berikut:
Awalan maha = sangat/besar, pra = sebelum (= pre), swa = sendiri, dan dwi = dua, dsb.,
merupakan contoh awalan dari bahasa Sanskerta.
Contoh:
( a) Para mahasiswa sedang melakukan penelitian di Gunung Merapi.
( b) Zaman prasejarah manusia belum mengenal tulisan.
(C) Pembanguan pertanian bertujuan menciptakan swasembada pangan.
(d) Kita harus terus menjaga agar dwiwarna selalu berkibar di bumi nusantara.
     Selain itu dijumpai pula kata-kata bilangan lain: eka darma, trimurti, caturkarya, pancasila, dsb.

2. Bentuk akhiran dari bahasa Asing

a. Akhiran –wan, -man, -wati                                                                                                                                                        Akhiran –wan, -man, -wati berasal dari bahasa Sanskerta. Akhiran tersebut menunjukkan jenis kelamin. Akhiran –wan, dan –man menyatakan jenis kelamin laki-laki, sedangkan –wati menunjukkan jenis kelamin wanita. Akhiran tersebut membentuk kata benda.

Makna akhiran –wan, -man, dan –wait adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan orang yang ahli
    Misalnya : ilmuwan, rohaniwan, dan budayawan, sastrawan, dsb.
2. Menyatakan orang yang mata pencahariannya dalam bidang tertentu
    Misalnya : karyawan, wartawan, dan industriwan
3. Orang yang memiliki sifat khusus
    Misalnya : hartawan dan dermawan
4. Menyatakan jenis kelamin

b. Akhiran –i, -wi, -iah, berfungsi membentuk kata sifat berasal dari Arab. Terdapat juga akhiran –in, dan –at yang berfungsi membentuk kata benda.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
1. alami, badani, insani, hewani, artinya menyatakan ‘bersifat ….’
2. duniawi, manusiawi, dan surgawi, artinya menyatakan ‘bersifat….’
3. jasmaniah, ilmiah, harfiah, rohaniah, artinya ‘mempunyai sifat….’
4. Muslimin, mukminin, hadirin, dan muktamirin merupakan penunjuk jamak tak tentu pria dan wanita.
5. muslimat, mukminat, mualimat, dan sebagainya merupakan bentuk penunjuk jamak untuk wanita.

C. Akhiran –er, -al, -ik, -if, -is, -isme, -isasi, -logi, dan –or. Imbuhan asing tersebut berasal dari bahasa Barat.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
1. Tuti bekerja sebagai tenaga honorer di Bank Mandiri (bersifat honor)
2. Secara materiil, Tini tidak sebanding dengan Tuti (bersifat materi)
3. Cerita Hang Tuah termasuk cerita yang heroik (bersifat hero atau kisah kepahlawanan)
4. Kalau berbicara itu harus obyektif (berdasarkan objek)
5. Indonesia menolak anggapan Australia bahwa Indonesia tidak selektif dalam mengimpor barang. (berdasarkan seleksi)
6. Kolonialis Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun. (bersifat koloni)
7. Kita harus memiliki semangat nasionalisme. (bersifat nasional atau kebangsaan)
8. Sudah lima tahun Budi Harsono memimpin organisasi sosial. (hal yang bersangkut paut dengan)
9. Bu Ida mengajar biologi di sekolah kami. (ilmu/pengetahuan tentang)

KONTRUKSI IDIOMATIK
A. Pengertian Kontruksi Idiomatik
Kontruksi Idiomatik adalah Gabungan kata atau lebih yang sifatnya realisasinnya tetap. Artinnya unsure-unsur gabungan yang membentuk gabungan itu tidak dapat diganti dengan unsur-unsur yang lain.

B. Unsur-unsur Kontruksi Idiomatik

Ada kontruksi idiomatik;
1. Unsurnya terdiri atas kata kerja atau kata sifat dan kata depan (preposisi). Yang termasuk kontruksi idiomatic tipe ini antara lain :

disebabkan oleh
bergantung pada
berangkat dari
pergi ke

Hemat akan
cinta pada
terbagi atas
datang (di, ke, dari)
berbicara tentang
berbicara mengenai
sesuai dengan
berunding dengan berguna bagi
bertentangan dengan
2. kontruksi ini lazim disebut dengan ungkapan atau Idiom yang selalu menimbulkan konsep pengertian yang baru, adapun unsur-unsur pembentuknya antara lain:
a. Sebelumnya perlu diketahui bahwa (bd = benda, sf = sifat, bil = bilangan) misalnya:
    bd + bd Kaki tangan, buah tangan
    bd + sf meja hijau, kuda hitam
    sf + bd ringan tangan, lemah iman
    bd + kj hati berbunga, bintang berasap
    kj + bd menutup mata, membanting tulang
    kj + sf membabi buta, menganggap enteng
    bd + kj + bil ular berkepala dua, hatinya bercabang dua
                                                                kj + frase keterangan berpindah dari dunia fana, merantau ke sudut dapur
                                                                kj+bd+ frase keterangan menaruh beras dalam padi, mebnarik pangkur kedada

b. Selain dilihat dari kontruksinya idiom juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu;
   1) idiom penuh adalah idiom yang yang pemaknaannya sama sekali tidak dapat diturunkan dari unsur-unsur yang membentuk idiom itu.
   2) Idiom sebagian adalah idiom yang yang pemaknaannya masih tetap bertahan pada makna salah satu unsur pembentuknya. Perhatikan contoh berikut;

Idiom Penuh

Berlepas tangan tidak ikut bertanggung jawab
Menghapus bibir kecewa
Di luar garis tidak menurut aturan yang berlaku

Idiom Sebagian

              mencari silang mencari perselisihan atau pertengkaran
              Koran kuning yang bemberitakan hal-hal yang sensasional

F R A S E
Frase adalah unsur klausa atau satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Dari batasan tersebut frase mempunyai dua sifat :
1. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih
2. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsure klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsure klausa, yaitu S, P, O, Pel, atau Keterangan
Contoh Frase:
Kamar hotel itu
Yang sedang berjalan
Baju baru anak itu
Frase Endosentrik
Frase Endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya.
Contoh kalimat:: dua orang mahasiswa adalah frase endosentris,Frase Endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan,yaitu;
1. Frase Endosentrik yang koordinatif adalah frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara.
   Misalnya: suami istri
                  Belajar atau bekerja (kesetaraannya bisa dihubungkan dengan kata penghubung dan, atau.
2. Frase Endosentrik yang atributif adalah frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.
   Misalnya: pembangunan lima tahun
                  Pekaranagan luas
                  Pembangunan, Pekaranagan,dan malam adalah unsure pusat (UP)
                  lima tahun, luas,dan ini adalah atribut (atr)
3. Frase Endosentrik yang apositif
   Misalnya: ahmad, anak pak sastro
                  Yogja, kota pelajar
                   Susilo Bambang Yudoyono, presiden RI

Frase Eksosentrik
Frase Endosentrik digolongkan menjadi 5 golongan:
1. Frase Nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.
    Contoh: baju baru
                Mahasiswa baru
Kapal terbang itu
2. Frase Verbal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verbal.
   Contoh: akan pergi
               Sudah datang
               Makan dan minum
3. Frase bilangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan.
   Contoh: tiga dara
               Lima baju
               Tiga kilogram
4. Frase keterangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan.
    Contoh:   kemarin pagi
                  Tadi pagi
                  Sekarang ini
5. Frase depan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata depan.
   Contoh: ke Jakarta
               Dari desa
               Kepada teman sejawat
Dalam buku lain juga dijelaskan;
a.  Penertian Frasa
Frasa atau kelompok kata adalah Satuan gramatikal tang terdiri dari dua kata atau lebih,tetapi tidak melampaui batas fungsi kalimat (subjek,predikat, obyek atau keterangan).
Contoh: Ketika jalan menanjak,sopir bus tidak bias menguasai kemudi.
Penjelasan contoh:
Kalimat tersebut disusun atas frasa:
jalan menanjak menduduki keterangan,
sopir bus menduduki subjek dan frasa
tidak bisa menguasai sebagai predikat.
Penjelasan contoh berdasarkan kata ber imbuhan:
Frasa jalan menanjak dibentuk dari unsur kata dasar jalan dan unsure kata berimbuhan menanjak
Kata menanjak dibentuk dari imbuhan me – dan kata dasar tanjak. Dengan demikian,frasa jalan menanjak disebut frasa atribut berimbuhan,karena unsure atributnya berupa kata berimbuhan.
b.  Berdasarkan dari Imbuhan yang melekat pada unsure penjelas atau atribut, frasa dikelompokkan sebagai berikut:
1. Frasa kerja adalah frasa yang atributnya kata kerja berimbuhan.
   Contoh: a. jalan menurun 
               b. tangga berjalan
2. Frasa nominal adalah frasa yang atributnya kata benda berimbuhan.
   Contoh: a. karet penghapus 
               b. daerah perkampungan
3. Frasa adjektiva adalah frasa yang atributnya kata sifat berimbuhan.
   Contoh: a. orang terpelajar 
               b. tamu terhormat
4. Frasa numeralia adalah frasa yang atributnya kata bilangan berimbuhan.
Contoh: a. tangan kedua b. juara ketiga
5. Frasa keterangan adalah frasa yang atributnya kata keterangan berimbuhan.
Contoh: a. warga setempat b. daerah pinggiran